'Beli Susu Anak dan Mangga Nangisna Sing Sae' Euis Ida Wartiah dan Kepemimpinan yang Memukul Hati Rakyat

- 16 Juni 2024, 20:09 WIB
Dra. Hj. Euis Ida Wartiah, M.Si
Dra. Hj. Euis Ida Wartiah, M.Si /

GARUT60DETIK - Ketua DPRD Kabupaten Garut, Euis Ida Wartiah, kembali menjadi sorotan publik dengan ucapan dan sikapnya yang menyakitkan hati masyarakat. Bukan hanya saat ini, tetapi perilaku tidak pantas ini telah berulang di tahun 2019. Kali ini, guru-guru honorer merasakan pahitnya ucapan yang merendahkan, mirip dengan apa yang dialami pedagang Pasar Limbangan beberapa tahun lalu.

Tahun 2019 Pedagang Pasar Limbangan Dilecehkan

Pada tahun 2019, puluhan pedagang Pasar Limbangan yang tergabung dalam Forum Masyarakat Limbangan dan Pedagang (FMLP) merasa terhina oleh Euis Ida. Ketika mereka berusaha mendapatkan kejelasan mengenai permasalahan pasar yang telah diaudensikan, Euis Ida memilih untuk menghindar dengan alasan yang mengecewakan.

Baca Juga: Desak Euis Ida Di-PAW, Ketua Umum FAGAR Garut Ancam Kerahkan Ribuan Guru Honorer ke DPP Golkar

"Kami merasa dilecehkan. Ketua DPRD Garut lebih memilih menghindar dengan alasan untuk membeli susu anak saat hendak ditemui di Gedung DPRD Garut," ungkap H. Yayan, Humas FMLP. Senin (4/11/2019).

Pedagang yang telah menunggu sejak pagi hanya mendapatkan jawaban yang tidak serius dan merendahkan. "Saya ada keperluan untuk membeli susu anak. Masalah pasar Limbangan sudah ada yang akan menerima," jawab Euis Ida dari dalam kendaraan dinasnya, seolah-olah urusan pribadi lebih penting daripada masalah masyarakat yang seharusnya diutamakan.

Baca Juga: Mampukah BK DPRD Garut Menjadi Pilar Keadilan atau Hanya Pajangan Formalitas Politik?

Tahun 2024 Guru Honorer Dipandang Sebelah Mata

Sejarah kelam itu kembali terulang pada tahun 2024. Kali ini, giliran guru honorer yang menjadi korban dari ucapan nyinyir dari sikap yang ditunjukan Euis Ida. Ucapan "Mangga nangisna Sing Sae" yang terlontar dari mulutnya kepada guru honorer bukan hanya merendahkan martabat mereka, tetapi juga mencerminkan ketidakpedulian terhadap dedikasi para pendidik.

Ucapan ini menunjukkan betapa jauhnya empati dan kepedulian seorang pejabat publik terhadap mereka yang telah berdedikasi untuk mendidik generasi penerus bangsa. Bagaimana bisa seorang pemimpin yang seharusnya menjadi teladan justru menambah beban psikologis dengan ucapan yang tidak pantas?

Baca Juga: Suruh Guru Honorer Menangis, Ketua DPRD Garut Euis Ida Lupa Mengemis Minta Dukungan

Halaman:

Editor: Wawan Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah