YRJ Peringatkan: Pilkada Garut Head to Head, Kepentingan Elit Mengabaikan Rakyat

- 4 Juni 2024, 20:41 WIB
Ilustrasi Head To Head
Ilustrasi Head To Head /

GARUT60DETIK, Garut - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Garut tinggal enam bulan lagi, tepatnya pada hari Rabu, 27 November 2024. Namun, dinamika politik semakin memanas menjelang pesta demokrasi tersebut, terutama dengan wacana pemilihan kepala daerah yang mengarah pada sistem head to head.

Yadi Roqib Jabar, seorang penggiat media sosial yang dikenal dengan nama YRJ, mengeluarkan kritik tajam terhadap potensi buruk dari sistem pemilihan head to head dalam Pilkada Garut. YRJ menegaskan bahwa pendekatan head to head dalam Pilkada bukan hanya tidak efisien terhadap anggaran yang besar, yaitu 69 miliar rupiah, tetapi juga berpotensi besar mengabaikan aspirasi dan keinginan masyarakat jika hanya melibatkan dua poros kandidat.

Baca Juga: Menyongsong Era Baru: Pemekaran Wilayah sebagai Solusi Pemerataan di Jawa Barat

"Ultimatum pemikiran saya terhadap pandangan head to head di Pilkada Garut berpotensi menciptakan situasi demokrasi yang buruk. Anggaran pesta demokrasi sebesar 69 miliar rupiah yang seharusnya digunakan untuk mendukung proses demokrasi yang inklusif dan partisipatif, bisa saja terbuang percuma. Sistem ini dikhawatirkan tidak mampu menampung keinginan masyarakat untuk melahirkan bupati dan wakil bupati yang benar-benar mereka inginkan," ujar Yadi Roqib Jabar pada Selasa, 4 Juni 2024.

Menurut YRJ, penting untuk memastikan bahwa sistem head to head benar-benar mewakili berbagai lapisan masyarakat dan bukan hanya kepentingan elit partai. "Ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua. Kita harus memastikan bahwa pada November nanti, siapapun yang terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Garut benar-benar berpihak pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat Garut, bukan hanya melayani kepentingan kelompok tertentu," tegasnya.

Baca Juga: PP 25/2024! Membuka Jalan Baru bagi Ormas Keagamaan dalam Industri Pertambangan

YRJ juga menyoroti bahwa demokrasi yang baik adalah demokrasi yang inklusif dan mampu mendengarkan serta menampung berbagai aspirasi dari seluruh lapisan masyarakat. Dengan sistem pemilihan yang hanya mengandalkan dua poros, ia khawatir akan muncul ketidakpuasan yang luas dan potensi konflik yang tidak diinginkan dalam proses demokrasi.

"Demokrasi seharusnya menjadi alat untuk merangkul semua golongan dan menciptakan pemerintahan yang benar-benar representatif. Jika Pilkada Garut hanya mengandalkan sistem head to head, kita harus bertanya, siapa yang sebenarnya diuntungkan? Apakah masyarakat Garut atau hanya segelintir elit politik?" tambah YRJ.

YRJ menyerukan kepada semua pihak untuk lebih kritis dan bijak dalam menghadapi Pilkada ini. Ia berharap bahwa proses demokrasi di Garut bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar mengerti dan memperjuangkan kepentingan rakyat. "Jangan sampai demokrasi yang kita banggakan ini menjadi ajang perebutan kekuasaan yang mengabaikan suara rakyat. Kita butuh pemimpin yang berkomitmen, bukan hanya pada janji kampanye, tapi pada tindakan nyata untuk kemajuan Garut," pungkasnya. **

Editor: Deni Gartiwa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah