Seperti Apakah Tahun Baru Islam Dilihat Dari Berbagai Pendapat Menurut Fatwa NU Dan Muhamadiyah?

- 29 Juni 2024, 15:00 WIB
Menurut Fatwa NU dan Muhammadiyah Tentang 1 Muharam
Menurut Fatwa NU dan Muhammadiyah Tentang 1 Muharam /Lusiana/

GARUT60DETIK - Jadwal tahun Baru Islam tahun 2024 jatuh pada 7 Juli 2024. Menurut Kalender Hijriah Indonesia, ini bertepatan dengan 1 Muharram 1446 H. Muharram 1446 H diperkirakan akan berlangsung selama 30 hari. Di Indonesia, perayaan ini umumnya dirayakan dengan berbagai kegiatan positif, seperti pengajian, penggalangan donasi, dan karnaval. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk memulai tahun dengan amalan-amalan baik, seperti berdoa, bersedekah, dan memperbanyak zikir.

Menurut Fatwa MUI Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, 1 Muharram 2024 atau 1446 H akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Hal ini sejalan dengan penghitungan Islamic Hijri Calendar. 1 Muharram merupakan awal Tahun Baru Islam dan momen yang istimewa bagi umat Muslim.

Menurut Fatwa Muhammadiyah 1 muharam telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Senin, 11 Maret 2024 1. Oleh karena itu, 1 Muharram 1446 H akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024.

Menurut Fatwa Nahdatul Ulama 1 muharam Menurut Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, 1 Muharram 2024 atau 1446 H akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. 1 Muharram merupakan awal Tahun Baru Islam dan momen yang istimewa bagi umat Muslim. 

Stelah dipelajari ternyata Perbedaan penetapan 1 Muharram 2024 oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah terjadi karena metode yang berbeda digunakan dalam menghitungnya. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, 1 Muharram 2024 atau 1446 H akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Sementara itu, Muhammadiyah menetapkan 1 Muharram 1445 H bertepatan dengan hari Selasa, 12 Maret 2024. NU juga menentukan awal Ramadhan 2024 melalui sidang isbat, namun belum ada informasi resmi mengenai tanggal awal puasa Ramadhan 2024 atau 1445 H. Jadi, perbedaan ini memengaruhi momen penting bagi umat Muslim dalam menyambut Tahun Baru Islam.

Baca Juga: Pada Saat Kita Menginjak Di Rentang Usia Dewasa Menengah, Apa Saja Yang Perlu Kita Perhatikan?

Dilihat dari kegiatan khusus yang biasa NU dan Muhammadiyah memiliki berbagai tradisi yang dilakukan dalam menyambut 1 Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam. Berikut beberapa tradisi yang terkait dengan momen ini :

  1. Puasa Asyura: Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada bulan Muharram. Puasa sunat yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadan adalah puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini memiliki dua keutamaan: pertama, merupakan salah satu dari empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW, dan kedua, dapat menghapus dosa tahun yang lalu.
  2. Tradisi Budaya: Di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia, ada beragam tradisi yang berkaitan dengan 1 Muharram. Beberapa di antaranya adalah membuat makanan khusus seperti bubur merah putih, mencuci keris, membaca doa-doa, dan menyantuni anak yatim. Selain itu, ada juga peristiwa budaya seperti tradisi kirab di Solo dan Yogyakarta, bulan Asan Usen di Aceh, serta tradisi Tabut di Bengkulu dan Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat.

NU dan Muhammadiyah juga memiliki perbedaan dalam beberapa aspek pelaksanaan kegiatan, terutama terkait ibadah dan tradisi. Berikut adalah beberapa perbedaan antara keduanya:

  1. Penentuan Awal Bulan Puasa Ramadhan:
    NU: NU cenderung mengikuti penentuan awal bulan puasa Ramadhan berdasarkan hasil hisab (perhitungan matematis) atau rukyah (pengamatan langsung hilal).
    Muhammadiyah: Muhammadiyah biasanya lebih mengutamakan metode hisab dalam menentukan awal bulan Ramadhan.
  2. Pelaksanaan Salat Tarawih:
    NU: Melaksanakan salat tarawih sebanyak 20 rakaat.
    Muhammadiyah: Melaksanakan salat tarawih 8 rakaat.
    Niat Salat:
    NU: Mengumandangkan niat salat dengan kata “Ushalli”.
    Muhammadiyah: Tidak mengumandangkan niat salat.

Perbedaan ini mencerminkan filosofi dan pendekatan yang berbeda dalam menjalankan dakwah, namun keduanya tetap memberikan kontribusi dalam pembangunan masyarakat dan kehidupan bernegara di Indonesia.

Editor: Lusiana Linda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah