Asap, Uap, dan Kenangan: Kisah Stasiun Cibatu di Era 70-an

- 2 Juni 2024, 13:00 WIB
Era 1970-an hingga 1980-an Lokomotif Uap Cibatu Garut
Era 1970-an hingga 1980-an Lokomotif Uap Cibatu Garut /

GARUT60DETIK - Bayangkan kita kembali ke era 1970-an hingga 1980-an, sebuah masa di mana teknologi belum mendominasi kehidupan sehari-hari. Di sebuah kota kecil bernama Cibatu, suasana perkeretaapian begitu hidup dan berwarna. Stasiun Cibatu, dengan arsitektur kolonialnya yang kokoh, menjadi pusat dari segala aktivitas dan cerita.

Di tengah hiruk-pikuk stasiun, Lokomotif Uap "Si Gombar" berdiri dengan gagahnya. "Si Gombar" bukan sekadar mesin, melainkan ikon perjalanan bagi masyarakat setempat. Lokomotif ini, dengan cerobong asapnya yang tinggi dan suara desis uapnya yang khas, mengisi udara dengan aroma nostalgia. Asap yang mengepul dari cerobongnya menciptakan awan tipis di langit, seolah mengundang para penumpang untuk segera naik dan memulai petualangan mereka.

Baca Juga: Politik Garut Memanas! Hasil Survei Poltracking dan Kuda Hitam di Pilkada 2024

Pagi hari di Stasiun Cibatu dimulai dengan suara lonceng stasiun yang nyaring, memanggil para penumpang dan pekerja. Keramaian di peron menjadi pemandangan sehari-hari. Orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari petani, pedagang, hingga pejabat daerah, berbaur di sana. Penumpang dengan pakaian khas Sunda, membawa barang bawaan yang beragam, menunggu dengan sabar di peron, sementara anak-anak berlarian dengan ceria, menambah semarak suasana.

Pedagang kaki lima dengan dagangan mereka yang beraneka ragam menambah aroma dan warna di stasiun. Bau harum nasi timbel, gorengan, dan kopi hitam menyeruak di udara, mengundang para penumpang untuk mencicipi. Di sudut lain, seorang penjual mainan tradisional memutar-mutar gasing kayu, menarik perhatian anak-anak yang kemudian merengek meminta orang tua mereka untuk membeli.

Baca Juga: Info Terbaru Film Indonesia Yang Akan Tayang Di Bioskop Di Bulan Juni 2024!

Saat kereta "Si Gombar" tiba, suasana stasiun berubah menjadi lebih dinamis. Suara peluit yang nyaring menjadi tanda bagi para penumpang untuk bersiap-siap. Pekerja stasiun dengan sigap mengatur penumpang agar naik dengan tertib. Ada yang membantu lansia, ada pula yang memastikan barang-barang muatan terangkut dengan aman. Di dalam gerbong, suasana tak kalah ramai. Penumpang saling bercengkrama, bertukar cerita, dan ada pula yang memilih untuk berdiam diri, menikmati pemandangan pedesaan yang menghijau dari jendela kereta.

Jalur Cibatu-Garut-Cikajang yang dilalui "Si Gombar" adalah salah satu rute yang indah. Sepanjang perjalanan, penumpang disuguhi pemandangan sawah yang terhampar luas, pegunungan yang menjulang tinggi, serta desa-desa kecil dengan rumah-rumah tradisional yang asri. Setiap stasiun kecil yang dilewati memiliki cerita dan keunikan tersendiri, menambah kehangatan perjalanan tersebut.

Malam hari, Stasiun Cibatu tetap hidup dengan lampu-lampu minyak yang menerangi peron. Kereta-kereta uap datang dan pergi, membawa serta harapan dan mimpi banyak orang. "Si Gombar" kembali ke depot setelah seharian bekerja, siap untuk beristirahat dan kembali melanjutkan tugasnya esok hari.

Halaman:

Editor: Deni Gartiwa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah