GARUT60DETIK - Di tengah gemuruh modernisasi yang melanda berbagai sektor kehidupan, ada satu sudut di Garut yang masih memegang teguh warisan nenek moyang dalam pengolahan gula aren. Di beberapa desa di Garut, proses tradisional pengolahan gula aren masih dipertahankan dengan penuh dedikasi dan cinta terhadap budaya. Artikel ini akan membawa Anda menyelami langkah-langkah pengolahan gula aren, tantangan yang dihadapi, dan upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Proses Tradisional Pengolahan Gula Aren
Proses pengolahan gula aren tradisional di Garut dimulai dari pohon aren yang tumbuh subur di daerah perbukitan. Setiap langkah dalam proses ini melibatkan keahlian dan pengetahuan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Cara Efektif Menggunakan Digital Marketing untuk Kesuksesan UMKM
Penyadapan Nira
Langkah pertama dalam pengolahan gula aren adalah penyadapan nira. Para penyadap nira memanjat pohon aren yang tingginya bisa mencapai 20 meter. Mereka menggunakan tangga bambu dan tali untuk memanjat pohon ini dengan hati-hati. Setiap pagi, penyadap akan mengikat wadah yang terbuat dari bambu atau plastik di ujung tandan bunga jantan aren. Nira yang terkumpul akan ditampung dalam wadah tersebut.
Penyaringan Nira
Setelah nira terkumpul, tahap berikutnya adalah penyaringan. Nira yang masih mentah disaring untuk menghilangkan kotoran seperti serangga atau serpihan kayu. Proses penyaringan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kain halus atau saringan bambu.
Baca Juga: Sat Binmas Polres Garut dan Warga Ciburial Bersatu dalam Gema Sholawat
Perebusan Nira
Nira yang sudah bersih kemudian direbus dalam kuali besar yang terbuat dari besi atau tanah liat. Perebusan ini dilakukan di atas api yang berasal dari kayu bakar. Selama proses perebusan, nira akan diaduk secara terus-menerus untuk mencegahnya gosong. Perebusan berlangsung selama beberapa jam hingga nira mengental dan berubah warna menjadi kecokelatan.
Pembentukan Gula
Nira yang telah mengental kemudian dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari bambu atau batok kelapa. Cetakan ini memberikan bentuk khas pada gula aren. Proses pendinginan berlangsung selama beberapa jam hingga gula mengeras dan siap untuk diambil dari cetakan.
Baca Juga: Pengukuhan Da'i Kamtibmas di Cigedug: Menjaga Keamanan dengan Sentuhan Dakwah