GARUT60DETIK - Pak Tarno, pesulap yang dikenal dengan kalimat khasnya “Bim Salabim Jadi Apa Prok-Prok-Prok,” telah menjadi ikon dalam dunia hiburan Indonesia. Pria yang lahir dengan nama Sutarno pada 6 September 1950 di Losari, Brebes, ini telah menempuh perjalanan panjang dan penuh liku untuk mencapai popularitasnya.
Sejak kecil, Pak Tarno sudah menghadapi berbagai tantangan hidup. Kehilangan ayahnya dan ditinggal ibunya yang menikah lagi, membuatnya harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Di usia sepuluh tahun, ia merantau ke Jakarta dengan menumpang kereta barang.
Di ibu kota, ia bekerja sebagai pedagang minyak tanah keliling dan penjual martabak. Untuk menarik perhatian anak-anak, Pak Tarno mulai mempelajari trik sulap sederhana yang kemudian menjadi daya tarik utama dagangannya.
Baca Juga: Siapa IShowSpeed? Profil YouTuber Populer yang Viral di Indonesia!
Karier sulap Pak Tarno mulai menanjak ketika ia mengikuti ajang pencarian bakat “The Master” yang dipandu oleh Deddy Corbuzier. Meskipun tidak menjadi juara, ia dianugerahi gelar “Master of Traditional Magic” yang semakin melambungkan namanya. Sejak saat itu, Pak Tarno sering tampil di berbagai acara televisi dan menjadi bintang tamu di sejumlah program hiburan.
Namun, perjalanan hidup Pak Tarno tidak selalu mulus. Di usia senjanya, ia harus menghadapi cobaan berat berupa serangan stroke sebanyak empat kali. Kondisi ini membuatnya harus tampil dengan menggunakan kursi roda.
Meskipun demikian, semangatnya untuk menghibur tidak pernah surut. Dalam setiap penampilannya, Pak Tarno tetap menunjukkan kebolehannya dalam bermain sulap, meskipun harus dibantu oleh orang lain untuk mendorong kursi rodanya.
Baca Juga: Anna MEOVV: Profil dan Biodata Idol K-Pop Asal Jepang yang Pernah Jadi Aktris dan Model
Kisah hidup Pak Tarno adalah bukti nyata bahwa semangat dan tekad yang kuat dapat mengatasi berbagai rintangan. Meskipun kondisi fisiknya tidak lagi prima, ia tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi para penggemarnya.
Pak Tarno adalah contoh inspiratif bagi banyak orang, bahwa usia dan kondisi kesehatan bukanlah penghalang untuk terus berkarya dan menginspirasi.
Dengan segala keterbatasannya, Pak Tarno tetap menjadi sosok yang dihormati dan dicintai oleh banyak orang. Kalimat “Bim Salabim Jadi Apa Prok-Prok-Prok” akan selalu dikenang sebagai bagian dari warisan budaya pop Indonesia, dan semangatnya akan terus menginspirasi generasi mendatang.